Kesaksian - Pengajaran Abad 21

Sewaktu saya berusia 9 tahun saya ingin bertemu dan melihat Allah dengan pikiran anak-anak yang sangat terbatas. Saya ingin melihat Allah sama seperti saya makan mangga, dapat melihat buah mangganya, makan apel ada barangnya. Saya bertanya kepada orang-orang dewasa pada waktu itu. Allah dimana?, dan mereka selalu mengatakan Allah itu ada di atas. Di awan-awan sana, di tempat yang sangat tinggi.
Pernah suatu kali saya berkelahi dengan anak tetangga, saya dimarahi habis-habisan oleh orang tua saya karena kenakalan saya itu. Orang tua saya begitu galak, maka saya takut sekali dan bersembunyi dengan naik ke atap rumah dari jam 6 sore hingga 8.30 malam. Saya pikir makin tinggi saya berada makin dapat melihat Allah. Akhirnya sampai saya turun tidak dapat melihat Allah.
Memang saya berasal dari keluarga besar yang menganut Konghucu dan Buddha. Saya selalu ditekankan untuk dapat berprilaku baik kepada setiap orang, sehingga ketika mati dapat bereinkarnasi ke tingkat kehidupan yang lebih baik. Kalau berbuat jahat seperti membunuh nanti akan dilahirkan lagi menjadi binatang seperti ayam, burung, sapi dll.
Saya juga mempelajari ilmu putih untuk menjaga diri seperti kebal bacok dan ilmu kejawen dengan meditasi sambil berpuasa 40 hari. Meditasi itu mencakup 9 lobang yang ada di tubuh. Seakan-akan ditutup, menarik nafas dari hidung dan dikumpulkan di kepala dan kalau sudah tidak tahan dihembuskan berulang-ulang dan hanya mengingat allah saja. Pertama-tama memang berat sampai mau terkencing-kencing. Tetapi lama-kelamaan biasa. Dalam meditasi tersebut roh kita bisa keluar dari tubuh. Saya takut juga kalau roh itu tidak balik kembali. Makanya saya tidak meneruskan. Lalu saya sempat juga belajar ilmu mati geni dan terakhir saya mempelajari Reiki sampai tingkat master.
Tahun 1998 saya menikah secara katolik karena ikut istri. Namun lagi-lagi dengan dogma dan doktrin katolik, masih saja saya tidak puas dan tidak menjawab pengertian Allah yang saya cari sejak kanak-kanak. Saya belum mendapatkan pengertian Allah dengan jelas.
Halleluya! Di tahun 2002 saya mulai mendapat jawaban atas keingintahuan saya tentang Allah. Saya melihat ada seminar di Bapindo Plaza yang berjudul “Roh Kudus dan Alkitab” yang dibawakan oleh Rev. Dr. Ki Dong Kim. Inilah pengajaran yang mampu merubahkan hidup saya dan memberikan pemahaman saya terhadap Allah yang saya cari dengan jelas. Setelah seminar saya sangat berminat mendalami pengajaran Berea selama 2 tahun hingga lulus. Saya benar-benar dengan sangat puas dapat mengerti keberadaan Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus), memahami dengan jelas sekali konsep kebangkitan dan mengerti dunia rohani. Setelah itu saya benar-benar bertobat. Saya menyerahkan hidup dan mati saya kepada Tuhan Yesus. Saya minta dibaptis selam yang sesuai dengan firman Tuhan seperti yang diajarkan oleh pengajaran Berea.
Setelah saya mengenal ajaran Berea, tanda-tanda seperti dalam Markus 16:16-18 benar-benar saya alami. Saya mempraktekkan ajaran Berea dengan mengusir roh-roh najis dan menyembuhkan orang sakit dalam nama Yesus, dan itu memang benar-benar terbukti.
Sepatutnya kita kembali kepada firman, kembali kepada Alkitab seperti yang diajarkan oleh Rev. Dr. Ki Dong Kim. Hanya dengan kembali kepada firman Tuhan kita dapat menang terhadap Iblis, seperti yang Tuhan Yesus katakan: “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Matius 16:18). Dan memang sepantasnya pengajaran Berea ini menjadi pengajaran abad 21 dan setiap orang Kristen harus mengetahui.

Oleh: Leonardo Latif
Peserta Akademi Berea